The
Great Man Theory
Teori ini menjelaskan bahwa seseorang (individu) yang
memiliki pengaruh yang besar terhadap lingkungannya karena memiliki charisma,
kecerdaan, kebijaksanaan atau keterampilan politik yang dimanfaatkan dalam
mencapai kekuasaan. Carlyle menyatakan keyakinan bahwa great man membentuk sejarah melalui diri mereka sendiri dan ilham
Tuhan. Namun pendapat tersebut dikritisi oleh Herbert Spencer bahwa the great man merupakan produk dari
lingkungan social.
“You must admit that the genesis of
a great man depends on the long series of complex influences which has produced
the race in which he appears, and the social state into which that race has
slowly grown.... Before he can remake his society, his society must make him.”
-
Herbert Spencer,The Study of Sociology(Wikipedia)
Kartini
Kartono dalam bukunya membagi definisi teori ini dalam dua poin, yaitu seorang
pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi terlahir menjadi pemimpin oleh
bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya dan yang kedua dia ditakdirkan
lahir menjadi seorang pemimpin dalam situasi kondisi yang bagaimanapun juga.
James (1980), menyatakan bahwa setiap jaman memiliki pemimpin besar. Perubahan
sosial terjadi karena para pemimpin besar memulai dan memimpin perubahan serta
menghalangi orang lain yang berusaha membawa masyarakat ke arah yang berlawanan. Teori kepemimpinan ini dikembangkan
dari penelitian awal yang mencakup studi pemimpin besar. Para pemimpin berasal
dari kelas yang istimewa dan memegang gelar turun-temurun. Sangat sedikit orang
dari kelas bawah memiliki kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin. Teori great
man didasarkan pada gagasan bahwa setiap kali ada kebutuhan kepemimpinan,
maka muncullah seorang manusia yang luar biasa dan memecahkan masalah. Ketika
teori great man diusulkan, sebagian besar pemimpin adalah orang
laki-laki dan hal itu tidak bisa ditawar. Bahkan para peneliti adalah orang
laki-laki juga, yang menjadi alasan untuk nama teori tersebut “great man”.
Konsep kepemimpinan pada teori ini yang disebut orang besar adalah atribut
tertentu yang melekat pada diri pemimpin atau sifat personal, yang membedakan
antara pemimpin dan pengikutnya. (Ardiprawiro, 2013).
Kemauan
dan tindakan mereka telah menimbulkan perubahan dan dampak besar pada
masyarakat. Hal inilah yang biasa disebut dengan asas voluntarisme dan
individualisme. Dalam bahasa Carlyle disebut dengan heroic determinism.
Teori heroic determinism digambarkan dengan pernyataannya: “sejarah
alam, sejarah apa yang telah dilakukan manusia di dunia ini, pada dasarnya
adalah sejarah manusia besar yang telah bekerja di sini.” (Esha, 2014). Terdapat dua hal
penting yang menjadikan
seseorang menjadi orang besar, yaitu: kekuatan intelektual untuk
memahami realitas dan kemampuan bertindak yang tepat. Seseorang yang mengubah
sejarah bukan hanya seorang intelektual yang bergulat dengan konsep dan gagasan
besar. Ia harus dapat menangkap realitas. Harus mengerti apa yang terjadi pada
zamannya. Di samping itu, perubahan yang terjadi bukan semata-mata karena
kemampuan intelektualnya, melainkan karena kemampuan bertindaknya. Manusia
besar adalah “man
of action‟ dan bukan sekedar „man of thoughts‟ (Rahmat, 2005).
Trait Theory
Trait
merupakan
sesuatu yang mempengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti dan tabiat
yang dimiliki seseorang yang dapat diubah (wikipedia). Jadi sifat yang dimiliki
seseorang bukan merupakan bawaan dari lahir namun muncul setelah orang tersebut
lahir dan mendapat pengaruh dari lingkungan.
Teori ini mengatakan bahwa efektivitas seorang
pemimpin ditentukan oleh sifat/karakter yang dimiliki pemimpin tersebut
sehingga memusatkan pada pemimpin itu sendiri. Trait theory menjelaskan bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan
diciptakan, dimana ketika seseorang dilahirkan, ia akan membawa atau tidak
membawa sifat-sifat yang tidak ditakdirkan menjadi seorang pemimpin, ia
memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain yang bukan
digariskan menjadi pemimpin. Jadi dalam Trait
Theory yang ditonjolkan adalah fungsi-fungsi kualitas individu (sifat-sifat
individu) yang menjadikan pemimpin tersebut menjadi cermin bagi orang lain atau
dengan kata lain karakteristik dan kualitas individu yang menjadi pembeda
antara pemimpin satu dengan pemimpin yang lainnya, misalnya Hitler, Sukarno,
Mussolini, Mahatma Gandhi yang dipelajari secara khusus sehingga menjadikan
mereka menonjol sebagai seorang pemimpin (Suharnomo, 2004).
Teori ini muncul tahun 1920
dari beberapa penelitian yang melakukan identifikasi karakteristik umum dari effective leaders. Trait Theory dipelopori oleh Gordon W. Allport dan Hans J. Eysenck
serta beberapa ahli lainnya. Allport menjelaskan bahwa dalam suatu kepribadian
seseorang didasari oleh suatu sifat dasar yang menyatukan dan mengintegrasikan
setiap perilaku seseorang. Namun walaupun orang tersebut memiliki sifat yang
sama belum tentu orang tersebut menampilkan perilaku / tindakan yang sama pula
sehingga hal itulah yang menjadikan setiap orang itu berbeda (unik). Menurut
Allport perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan serta pengaruh campuran
antara factor keturunan dan lingkungan yang memunculkan karakteristik
kepribadian. Trait Theory merupakan
teori kepribadian yang didasari oleh beberapa asumsi bahwa trait merupakan suatu pikiran, perasaan dan tindakan yang
membedakan satu orang (pemimpin) dengan orang (pemimpin) lain sehingga trait tersebut relative stabil dan
konsisten dari waktu ke waktu dan dari situasi ke situasi; trait akan menetap selama kehidupan inidvidu, namun karakteristik
tingkah laku akan berubah akibat dari adanya proses adaptif, perbedaan kekuatan
serta kombinasi antara trait yang ada
(Saepudin, 2009).
Teori
sifat yang dihasilkan muncul dengan kecenderungan bahwa semakin banyak peningkatan variabel karakteristik yang dianggap menjamin kesuksesan
seseorang pemimpin dari
tahun ke tahun. Sifat atau karakteristik umum pemimpin sukses, meliputi :
- Daya Dorong (drive) yang kuat untuk terus
berprestasi
- Memiliki kejujuran dan integritas sehingga pemimpin tersebut dapat
dipercaya, handal dan terbuka
- Memiliki motivasi untuk mempengaruhi seseorang dalam mencapat
tujuan
- Kemampuan kognitif kecerdasan dalam menginterpresi dan mengintegrasikan informasi
- Pengetahuan Bisnis yang luas
- Kreativitas dalam memunculkan ide orisinil
- Fleksibilitas dalam beradaptasi pada
bawahan dan lingkungan
- Kepercayaan diri terhadap kemampuan dirinya (Suharnomo, 2004).
Sifat/karakteristik di atas mengarah pada kesempurnaan
sehingga sangat sulit dipenuhi oleh pemimpin yang memimpin. Sehingga teori ini
memilki kelemahan diantaranya:
- Terlampau banyak sifat – sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin
- Mengabaikan unsur follower dan situasi serta pengaruhnya terhadap
efektifitas pemimpin
- Tidak semua ciri cocok untuk segala situasi
- Terlampau banyak memusatkan pada sifat-sifat kepemimpinan dan
mengabaikan apa sebenarnya yang dilakukan oleh seoarang pemimpin
(Ardiprawiro, 2013).
Pustaka
Saepudin,
A. 2009. http://aeppsikologi.blogspot.co.id/2011/10/psikologi-kepribadian-memahami-watak.html (diakses tanggal 14 Mei 2016).
Suharnomo. 2004. Trait theory, persepsi kesempurnaan manusia dan krisis figur pemimpin: model subtitusi kepemimpinan sebagai
alternatif. J. Studi Manajemen dan Organisasi. 1(1):
41 – 50.
Ardiprawiro. 2013. Teori Organisasi Umum 2.
Universitas Gunadarma.
Rahmat,
Jalaluddin. 2005. Rekayasa Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Esha, M. I. 2014. Reaktualisasi “kepemimpinan
klasik” di era demokrasi deliberatif. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Maulana Malik Ibrahim, Malang